Pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing berdiri pada tahun 1987 di Fakultas Sastra Universitas Andalas yang sejak tahun 2011 berganti nama menjadi Fakultas Ilmu Budaya. Awalnya, Fakultas Sastra bekerja sama dengan Leiden Universiteit dan Rijks Universiteit dari Belanda. Fakultas Sastra diberi tanggung jawab untuk menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia bagi mahasiswa Belanda yang mulanya berjumlah 10 orang. Penanggung jawab kursus adalah Prof. Dr. Khaidir Anwar, M.A. Setelah itu, hampir setiap tahun Fakultas Sastra Universitas Andalas menerima mahasiswa dari Leiden Universiteit yang semakin tahun semakin banyak. Pada tahun 1992, Fakultas Sastra menyelenggarakan perkuliahan KBIPA dua kali dalam setahun, yakni bulan Juli dan bulan Desember.
Staf pengajar Fakultas Sastra untuk mengelola program tersebut masih kurang. Masuklah nama-nama dosen IKIP Padang, seperti Prof. Dr. Amir Usman, Prof. Dr. M. Atar Semi, Drs. Yusran Khatib yang ikut membantu program ini. Kemudian, program ini dirancang untuk memperkenalkan budaya sistem matrilineal Minangkabau dan keunikan agama Islam di Minangkabau kepada mahasiswa. Untuk memperlancar program ini, diundang dosen luar biasa yang mempunyai keterampilan khusus pada bidangnya, seperti sastrawan A.A. Navis, Chairul Harun, Wisran Hadi, Mochtar Naim, dan Prof. Dr. Aziz Saleh, M.A.
Selain itu, Fakultas Sastra juga menyelenggarakan kerja sama dengan London University, Goethe University, Hamburg University, Shimane University, dan Chuo University, Tokyo, Jepang. Bentuk hubungan kerja sama itu berupa kerja sama antarfakultas (MoU) dan juga secara personal. Hal itu terjadi karena salah satunya hubungan personal yang baik antara Prof. Dr. Khaidir Anwar dengan relasinya dari negara-negara tersebut. Selanjutnya, mahasiswa dari Jepang, Prancis, Inggris, dan Jerman bergantian datang ke sini belajar bahasa Indonesia dan melanjutkan studi untuk penelitian tesis dan disertasi masing-masing.
Berkaitan dengan itu, penutur asing yang ingin belajar bahasa Indonesia, baik untuk kepentingan praktis maupun untuk penelitian di Indonesia dikelola oleh Fakultas Sastra Universitas Andalas. Banyak tamatan mahasiswa asing yang belajar tersebut, datang lagi ke Indonesia untuk melanjutkan penelitian. Mereka masih berkonsultasi dengan staf pengajar di Fakultas Sastra Universitas Andalas. Bahkan, Prof. Dr. Khaidir Anwar, M.A. sering diminta sebagai promotor dan co-promotor di berbagai negara mahasiswa untuk berbagai bidang, seperti sejarah, antropologi, sosiologi, politik, dan budaya. Mereka tidak saja melakukan penelitian di Sumatera Barat (Minangkabau), tetapi juga sampai ke Pulau Jawa (Yogyakarta) dan Indonesia bagian timur (Ambon, Maluku, Manado).
Fakultas Sastra Universitas Andalas membentuk suatu badan yang diberi nama KBIPA (Kursus Bahasa Indonesia Bagi Penutur Asing). KBIPA ini dikelola oleh staf pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Andalas. Seiring dengan pergantian nama Fakultas Sastra menjadi Fakultas Ilmu Budaya, program Kursus Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KBIPA) ini berganti nama menjadi Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Andalas.
Pada awalnya, kursus dilaksanakan di kelas. Kemudian, setelah itu dibagi atas dua sesi, yaitu sesi di kelas dan sesi practical training (praktik lapangan). Bentuk dua sesi ini bertujuan agar mahasiswa dengan cepat menguasai bahasa Indonesia. Setelah mereka dapat dan menguasai bahasa Indonesia, mereka juga dibimbing untuk melakukan pengamatan budaya Minangkabau.
Jumlah staf pengajar pada awal berdiri KBIPA adalah sebanyak tujuh orang, yakni Prof. Dr. Khaidil Anwar, M.A., Prof.Dr. Amir Hakim Usman, Prof. Drs. M. Atar Semi, Drs. Yusran Khatib, Dra. Adriyetti Amir. S.U., Dra. Sulastri, M.Hum., dan Drs. Syafrudin Sulaiman. Tahun-tahun berikutnya, jumlah staf pengajar bertambah, di antaranya Dra. Nadra (sekarang Prof. Dr. Nadra, M.S.), Drs. M. Yusuf. M.Hum., dan Drs. Gusdi Sastra, M.Hum. (sekarang Dr. Gusdi Sastra, M.Hum.). Permintaan akan kelas juga bervariasi, ada permintaan kelas reguler, kelas antarsemester, dan kelas program khusus. Semuanya ini sudah dilayani dengan baik dan sesuai permintaan.
Tawaran kerja sama pun semakin berkembang. Kedatangan mahasiswa baik dari Jepang, Korea, Vietnam, Madagaskar, Alajazair, Polandia, dan Rumania telah memberikan pengalaman tersendiri bagi KBIPA sebagai sebuah penyelenggara. Tidak sedikit rintangan yang pernah dilalui dalam masa-masa sulit menata program ini. Kepergian senioritas, perubahan kebijakan merupakan cacatan tersendiri untuk menata program ini ke arah yang lebih baik. Bentuk kerja sama juga beragam. Ada yang bermitra, ada yang melalui Biro Kerja sama Luar Negeri, seperti program Darmasiswa RI.